Mengupas Film Eiffel In Love
"Yang berat itu bukanlah menunggu, tetapi bertahan untuk terus menunggu. Menunggu adalah keputusan. Tetapi bertahan adalah eksekusi dari keputusan itu. Saat pertahananmu goyah, akankah kamu terus menunggu?? -- Simponi Intreverso
Thanks to Soraya Intercine Film untuk membuat sekuel Eiffel Im In Love dengan banyak perasaan campur aduk saat ditonton. Saya tidak berhenti tersenyum dari awal film sampai akhir karena akting Tita dan Adit yang kocak secara alami.
Apresiasi saya berikan kepada Donna Rosamayna sebagai penulis naskah Eiffel Im In Love 2 (EIIL 2). Dia bisa menyatu secara imajinasi dengan penulis pertama.
Jika ada yang keluar dari bioskop saat menonton film ini, maka kemungkinan mereka susah mencerna sisi keromantisan dua sejoli dalam konsep diversiasi. Yang satunya manja, dan yang lainnya pemarah (lebih tepatnya tidak halus).
Guyonan di film ini segar. Adegan percintaan sangat riil karena di kehidupan nyata pun banyak perempuan yang pernah merasakan memiliki pria berwatak keras dan tidak romantis.
Bagaimana storyboard film ini?
Dikemas dengan sangat apik. Pengambilan setiap gambar dan efek yang digunakan disesuaikan dengan karakter Tita yang manja. Setelah menonton film-film dengan efek yang tegas, mata saya pun disejukkan dengan rancangan storyboard yang kalem dan teduh. Mungkin banyak yang kritik film ini kurang mengeksplore keindahan kota Paris dalam film ini. Menurut saya EIIL 2 ini memang berfokus pada storyline dibandingkan storyboardnya.
Bagaimana alur cerita EIIL 2?
Ada ulasan yang mengkritik bahwa Nanda, temannya Tita tidak memiliki peran penting dalam film ini. Loh loh loh, bukannya adegan pernikahan Nanda di awal film menjadi kunci masuk cerita EIIL 2?? Dibuka dengan acara pernikahan temannya yang menjadi adegan dasar karakter Tita masih manja dengan orang tua yang masih sangat protektif. Saya menilai wajar jika Tita masih manja dan sangat dijaga ibunya. Secara logika, Tita itu hanya menunggu dinikahi oleh Adit. Sebagai orang tua yang pernikahannya juga terjaga dengan baik, Ibunya Tita (yang sangat konservatif) ingin agar anaknya tidak neko-neko. Lagipula ada pembantu dan juga supirnya yang tetap standby dengan hp mereka. Dikarenakan papanya Tita berteman baik dengan orang tua Tita, jadi tidak heran jika Tita ada dalam kontrol orang tuanya.
Alur film ini berjalan progresif. Tidak dibuat rekam jejak cerita sebelumnya secara visual. Inti cerita berpusat pada hubungan Tita dan Adit. Karenanya, film ini mudah ditonton. Jika semua karakter dieksplor, makna film sulit disampaikan. Apalagi jika ada kritikan bahwa hanya ada satu adegan keluarga Tita sedang mendekorasi restoran yang akan dibuka lagi. Apa perlu? Kepergian orang tua Tita ke Paris hanya penghubung agar Tita ke Paris.
Apa yang dipelajari dari karakter Tita dan Adit?
After all, saya ingin mengungkapkan apresiasi yang tinggi kepada Shandy Aulia dan Samuel Rizal dalam mengeksplor peran mereka di sini. Syuting film EIIL 2 secara official baru dimulai di akhir 2017 (saya pengikut setia akun ig Shandi Aulia). Dengan chemistry yang terbangun dalam proses syuting yang pendek, saya akui bahwa Shandy Aulia dan Samuel Rizal adalah bintang berbakat. Apalagi, mereka sudah jarang berakting dan Shandy juga sudah menikah. Biasanya aktris Indonesia yang sudah menikah memainkan peran romantis agak susah. Tidak heran jika film drama percintaan di Indonesia pasti diisi dengan bintang muda baru. Tapi kali ini memang deh dua jempol buat perempuan seperti Shandy (juga Dian Sastro di AADC) yang tetap menakjubkan bermain di ranah ini.
Tita yang manja tetapi pintar (seorang dokter loh) adalah sosok perempuan yang sengaja dibangun imagenya seperti itu. Siapa menyangka bahwa EIIL 2 disesuaikan dengan karakter perempuan Indonesia (Asia) yang sabar dan tekun dalam menjalani hubungan. Itulah sebabnya saya katakan di awal bahwa film ini sangat riil dan natural. Memang sih kisah cinta di EIIL 2 ini cukup kompleks. Ibarat kata udah pacaran 12 tahun gak dinikahi, jarak jauh pula (LDR). Bukan masalah lamanya pacaran yang membuat Tita bertahan. Menjelang akhir film kita bisa melihat pesan yan ingin disampaikan bahwa rasa cinta, kebersamaan yang terbentuk dalam komunikasi jarak jauh, dan pengenalan satu sama lain adalah hal yang mengikat Tita.
Lain pula dengan sosok Adit yang acuh (cuek) tapi tidak apatis dengan keadaan. Gayanya yang dingin tetapi nilai kepeduliannya sangat tinggi. Yah, walaupun dengan gaya slengehan Adit mengajak Tita ke makan di Mc Donalds Paris, itu adalah bukti dia peduli dengan kesukaan Tita. Itu romantis ... dan lucu loh.
Yang dipelajari dari karakter kedua tokoh sentral film ini adalah:
- Jangan menjadi perempuan manja seperti Tita. Jika ada yang terasa ganjal dalam sebuah hubungan percintaan, tanyakan secara baik-baik kepada pasanganmu.
- Jadilah perempuan yang sabar dan tekun seperti Tita, niscaya hal yang baik akan menghampiri hubungan percintaanmu.
- Jangan menjadi lelaku yang terlalu dingin dalam hubungan pecintaan karena sikap yang demikian bisa saja melukai hati perempuanmu.
- Jadilah sosok lelaki seperti Adit yang menyiapkan segala sesuatu secara matang sebelum membangun rumah tangga. Hidup itu tidak gampang. Bekerja keraslah. Dalam hukum Islam, suami berkwajiban menafkahi istri secara lahir maupun batin. Jika belum sanggup, bekerjalah.
- Kunci untuk menunggu dalam sebuah hubungan adalah yakini dan ikuti kata hatimu.
Menurut saya, slowly but sure, EIIL 2 dibuat dengan membangun paradigma tentang pernikahan bagi perempuan di usia matang (27 tahun) pada pernikahan Nanda, kemudian perempuan itu idealnya menikah dan hamil sebelum usia 30 tahun saat Uni memberitahukan kehamilannya.
Secara keseluruhan saya suka film EIIL 2. Ceritanya yang rumit dikemas menjadi mudah dengan diwarnai humor-humor menyentil.
Rating: 4/5
Rating: 4/5
No comments:
Post a Comment