Hallo moviers (panggilan akrab saya), blog saya ini akan menulis berbagai review salah satu mengenai film bioskop. Untuk serial, saya menulis di blog saya jelovela.blogspot.
Sebagai warga negara yang baik, ulasan film pertama yang saya tulis adalah film Indonesia. Rasa patriotisme yang tinggi mendorong saya untuk selalu mengutamakan produk dalam negeri.
Sebagai warga negara yang baik, ulasan film pertama yang saya tulis adalah film Indonesia. Rasa patriotisme yang tinggi mendorong saya untuk selalu mengutamakan produk dalam negeri.
Shout out loud untuk Ernest Prakasa, penulis skenario, pemain, sekaligus
sutradara film Cek Toko Sebelah yang dirilis di bulan Desember 2016. Di
usia yang masih muda, Ernest termasuk memiliki motivasi yang tinggi
untuk berkembang. Patut diacungi jempol dengan film layar lebar kedua yang disutradarainya.
Judul:
Mendengar kata Cek Toko Sebelah sudah pasti pikiran kita tertuju pada kaum oriental khususnya etnis Tionghoa. Apalagi penulis skenarionya adalah Ernest Prakasa. Dari ciri-ciri diri dapat diidentifikasi dengan yakin bahwa Ernest adalah turunan Tionghoa atau turunan bangsa Cina.
Terlintas pertanyaan apa makna dari pengambilan Cek Toko Sebelah ?
Cek Toko Sebelah adalah sebuah ungkapan sehari-hari yang sering diucapkan di kalangan pedagang Cina. Orang Cina pada umumnya adalah pedagang, termasuk membuka toko kelontong yan menjual bahan-bahan pokok bagi masyarakat. Tidak jarang, toko yang dibuka selalu bersebelahan atau berjejer pada satu lokasi yang sama. Imbasnya sering dijadiin pembanding satu sama lain. Menjadi suatu hal positif jika muncul persaingan sehat, tetapi berubah negatif bila persaingan tidak sehat yang berujung pada tindakan-tindakan tidak menyenangkan. Terkadang toko sebelah menjadi bahan perbincangan, yang pada film ini pertama kali dilihat pada menit 06:00 yaitu pembicaraan Koh Afuk dengan pelanggannya.
Terlintas pertanyaan apa makna dari pengambilan Cek Toko Sebelah ?
Cek Toko Sebelah adalah sebuah ungkapan sehari-hari yang sering diucapkan di kalangan pedagang Cina. Orang Cina pada umumnya adalah pedagang, termasuk membuka toko kelontong yan menjual bahan-bahan pokok bagi masyarakat. Tidak jarang, toko yang dibuka selalu bersebelahan atau berjejer pada satu lokasi yang sama. Imbasnya sering dijadiin pembanding satu sama lain. Menjadi suatu hal positif jika muncul persaingan sehat, tetapi berubah negatif bila persaingan tidak sehat yang berujung pada tindakan-tindakan tidak menyenangkan. Terkadang toko sebelah menjadi bahan perbincangan, yang pada film ini pertama kali dilihat pada menit 06:00 yaitu pembicaraan Koh Afuk dengan pelanggannya.
Mengimbangi judul tersebut Ernest cukup lihai dalam memilih genre yaitu komedi drama, dimana banyak adegan komedi yang cukup mengocak perut penontonnya. Tampilan wajah pemilik Toko Makmur Abadi, pegawai-pegawainya toko Jaya Baru, juga teman-temannya Johan merupakan pendukung komedi di film ini. Benar adanya jika sutradara film merupakan seorang komedian, tentunya film garapannya akan dibumbui guyonan-guyonan segar yang membuat kita tertawa. Saya sendiri jujur sejujur-jujurnya tertawa terbahak-bahak saat adegan Johan bersama teman-temannya berdoa sebelum bermain kartu. The best comedy in.
Tokoh Utama:
Erwin (Ernest Prakasa)
Berperan sebagai Erwin, anak bungsu dari Koh Afuk pemilik Toko Jaya Baru, Ernest memainkan perannya dengan sangat apik. Erwin merupakan anak yang pintar dan berhasil dalam keluarga, dengan karakter tangguh dan sangat percaya diri. Di rumah, Erwin adalah kesayangan ayahnya, lulusan Sidney dengan pekerjaan yang bagus. Di kantor, Erwin menjadi anak kesayangan bosnya, Ibu Sonya (diperankan oleh Astrid Welas). Erwin juga memiliki pacar yang cantik, pintar, dan sukses yaitu Natali. Kehidupan Erwin tampak sempurna. Ternyata tidak. Sebagai manusia biasa, Erwin juga tak luput dari masalah yang mendera.
Saya suka sekali dengan akting Ernest di film ini. Sangat cocok. Garis wajah Ernest sangat cocok untuk tokoh Erwin. Tampang penuh percaya diri cocok dengan bentuk wajah Ernest.
Skor untuk akting Ernest: 8,5/10
Johan (Dion Wiyoko)
Believe me, unpredictable!!!! Jika garis wajah Ernest cocok dengan peran Erwin, maka honestly, tidak demikian untuk wajah Dion Wiyoko sebagai tokoh Johan. Tapi, di luar dugaan, tokoh Johan berhasil dimanifestasikan melalui akting piawai Dion Wiyoko. Ditambah brewok tipis atau medium beard di daerah dagu menjadikan Dion terlihat agak lebih 'berandalan' sebagaiman karakter tokoh Johan. Johan adalah kakak Erwin, mantan napi dan putus sekolah dan menikahi Ayu, perempuan Indonesia kelahiran Jogja. Walaupun Johan ada perbedaan gaya hidup antara Johan dengan Erwin, tapi Johan adalah seorang lelak yang sangat peka perasaannya dan peduli dengan keadaan sekitar. Meskipun tidak sepenting Erwin bagi papanya dan seringkali diperlakukan tidak adil, Johan adalah pria yang peduli ketika ayahnya mendapat masalah.
Skor untuk akting Dion: 8,5/10
Koh Afuk (Chew Kin Wah)
Ternyata Chew Kin Wah adalah aktor senior dari negeri Jiran. Sebagai aktor senior,Chew Kin Wah berakting dengan sangat baik. Ia terlihat pandai memainkan ekspresi dan mengubah mimik wajahnya dengan cepat. Koh Afuk adalah ayah Johan dan Erwin. Sebagai seorang yang sudah tua, Koh Afuk selalu memikirkan banyak hal dengan pola pikir yang agak konservatif.
Full-Circle:
1. Perbedaan stratifikasi dalam keluarga tak jarang menjadi pemicunya keretakan sebuah hubungan.
2. Belajar mengenai ketegaran.
3. Belajar mengenai kepercaraa.
Score:
8/10
No comments:
Post a Comment